Tampilkan postingan dengan label SGD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SGD. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Januari 2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Rumah sakit adalah Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Untuk itu rumah sakit haruslah melakukan proses penetapan kelas, perizinan, registrasi dan akreditasi. 

Jumat, 28 Oktober 2011

hiperkes,ergonomi dan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja)


HIPERKES
  1. Definisi :
cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di perusahaan.
Lapangan kesehatan yg engurusi proses kesehatan secara menyeluruh (kuratif,preventif,penyesuaian factor manusiawi,hygiene).nurul
  1. Tujuan
    1. Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosialnya.
    2. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan yang berasal dari perusahaan.
    3. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
    4. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
    5. Sebagai tindakan korektif pada lingkungan

Minggu, 01 Mei 2011

gigi goyang

 Gigi goyang
1. Etiologi
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen periodontal, kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena abses bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
- Penyakit Sistemik (DM)
- Trauma
Etiologi gigi goyang dibagi menjadi 3, yaitu :
- primer (trauma ,terjadi secara langsung)
- sekunder ( melalui proses, seperti penyakit periodontal)
- sementara (ibu hamil  hormon)

2. Macam kegoyahan gigi (kerusakan jaringan periodontal)
a.    Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
b.    Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
c.    Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.
d.    Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal
e.    Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
f.    Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket.

Pemindahan atau dislokasi gigi dari soketnya, dapat sebagian atau seluruhnya.
Klasifikasi luksasi gigi menurut WHO :
a.    Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat, pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
b.    Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi, keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
c.    Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o    Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o    Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini, gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o    Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah dan mirip ankilosis.


3. Tindakan awal bila di dapat gigi goyang
-    Bersihkan luka dengan air bersih
-    Hentikan luka dengan menggunakan kassa atau kapas selama 5 menit
-    Pergi ke dokter gigi.
-    Aplikasi dingin : karena dengan aplikasi dingin bisa mengurangi pembengkakan dan mengurangi rasa sakit yang dialami pasien.
-    Klo ekstrusi harus secepat mungkin di kembalikan ke soketnya diberi anastesi dengan jari secara berlahan2 atau dengan penahan lidah.

4. Tanda dan gejala
-    Ekrtrusi :
a.    Gigi goyang
b.     Gingival mengalami perdarahan dan pembengkakan
-    Intrusi:
a.    Gigi tidak begitu goyah
b.    Gingival mengalami pembengkakan
-    Luksasi sebagian :
a.    Jaringan lunak bengkak dan tertutup darah
b.    Gigi goyah terutama bila dipaksa
c.    Keluar dari soket, Ligamen periodontal sobek pada beberapa tempat.

Berdasarkan derajat kegoyangan gigi :
-    Derajat 1 sedikit lebih besar dari normal
-    Derajat 2 1mm
-    Derajat 3 lebih dari 1mm
Pada lukasasi derajat 2 dan  3 gigi akan terasa ngilu karena ada kerusakan jaringan periodontal ,alveolus dan suplai vaskular.

5. Pemeriksaan (sekalian yg di atas)
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan terhadap pasien trauma gigi harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadinya trauma. Proses pemeriksaannya hampir sama seperti pemeriksaan pada kasus perawatan endodontik.
Anamnesis diperoleh dari keterangan pasien atau orang lain yang mengetahui secara pasti mengenai kondisi yang dialami oleh pasien, meliputi keluhan utama, riwayat terjadinya trauma, dan medical history.
-    Keluhan utama.
Pasien ditanyakan mengenai keparahan dari rasa sakit dan berbagai gejala signifikan lainnya. Perdarahan pada jaringan lunak memang terlihat sebagai suatu kondisi yang parah, namun apabila terjadi fraktur pada tulang maka rasa sakit yang timbul akan lebih besar dan kondisi ini harus menjadi prioritas utama dalam melakukan perawatan. Selain itu, perlu dicatat juga mengenai durasi dari tiap gejala
-    Riwayat terjadinya trauma.
Tanyakan pasien hal-hal berikut ini:
1.    Kapan dan dimana cedera terjadi.
2.    Bagaimana terjadinya cedera.
3.    Perawatan apa saja yang sudah dilakukan sebelum datang ke dokter gigi (operator).
4.    Apakah sebelumnya sudah pernah mengalami trauma yang serupa.
5.    Gejala apa saja yang dirasakan pasien sejak terjadinya trauma (pusing, muntah, sakit kepala, kejang-kejang ataupun konvulsi, pandangan kabur, hilang kesadaran, gangguan pendengaran, pengecapan, penglihatan dan keseimbangan, serta perdarahan dari hidung atau telinga.
Masalah gigi yang dialami sejak trauma (sakit, kegoyangan, sangkutan oklusal, gejala lain pada jaringan sekitar gigi).

- Medical history.
•    Riwayat alergi terhadap obat-obatan.
•    Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi.
•    Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.
•    Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan booster apabila imunisasi dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor, diperlukan booster apabila imunisasi dilakukan lebih dari 5 tahun.

Pemeriksaan Obyektif
-    Pemeriksaan jaringan lunak.
Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera. Apabila terjadi terjadi laserasi jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan pula pemeriksaan radiografi karena tidak jarang fragmen gigi tertanam ke dalam jaringan lunak.
-    Pemeriksaan tulang wajah.
Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi, untuk melihat adanya distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur. Apabila ada indikasi fraktur lakukan pula pemeriksaan radiografi. Catat juga apabila ada dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan perkembangan dari pathosis apikal.
- Pemeriksaan gigi.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut mengalami fraktur, kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, serta trauma pada jaringan pulpa. Periksa pula adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang lawannya.
Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan indirect light atau transluminasi atau dengan penggunaan dye. Apabila struktur gigi telah hilang, periksa luasnya kehilangan apakah sampai pada batas email, dentin, atau sudah mencapai jaringan pulpa.
Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi digerakkan gigi sebelahnya ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada tulang alveolar.
Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi, lateral (labial atau lingual), dan avulsi secara keseluruhan. Tanyakan kepada pasien apakah ada kontak prematur ataupun sangkutan oklusal. Apabila ada perubahan oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur rahang atau akar gigi ataupun ekstrusi gigi.
Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah tes perkusi pada gigi. Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau perubahan posisi pemeriksaan ini cukup penting untuk melihat adanya kerusakan pada neurovascular bundle yang masuk ke dalam gigi melalui apeks. Kerusakan ini akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi pulpa. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif.
- Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus diperiksa pada awal kunjungan dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya, karena adanya kemungkinan kematian pulpa beberapa bulan setelah trauma. Setelah terjadi trauma, sering pulpa memperlihatkan hasil negatif ketika dilakukan tes vitalitas. Namun, setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat kembali memperlihatkan hasil positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi.
-    Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi dengan panoramic untuk melihat semua gigi
b. radiografi dengan foto periapikal untuk satu gigi.

    Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat, pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
    Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi, keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
    Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o    Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o    Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini, gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o    Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah dan mirip ankilosis.


6. Mengapa gigi goyang(mekanisme)
•    Trauma :
-    Langsung : trauma  kerusakan ligamen periodontal  bisa luksasi bisa gigi lepas dari soketnya
-    Tidak langsung : trauma  ada celah antara ligamen periodontal  bakteri  inflamasi  luksasi atau gigi lepas dari soketnya.
•    Respon Patologis  :
-    Infeksi bakteri lewat plak  inflamasi  gigi goyah
-    Plak  karang gigi  mendesak ligamen periodontal  kegoyahan gigi

     Perawatan
1. Macam perawatan gigi goyah (teknik)
-    Fase terapi inisial (non bedah) : menghilangkan faktor etiologi.
-    Fase terapi korektif (bedah)
-    Fase terapi pemeliharaan : untuk mencegah kekambuhan pada hasil perawatan.
Perawatan gigi goyah berdasarkan kasus :
•    Concusion
Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa. Gigi harus di istirahatkan
•    Subluksasi
Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2 minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin. Splintnya yg sementara
•    Extrusive luxation
Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Reposisi gigi dengan menggunakan jari perlahan-lahan dan tekanan ringan sampai batas insisal sama dengan gigi kontralateral.
(3). Periksa posisi dengan membuat foto rontgen.
(4). Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splint.
(5). Pertahanakan splint selama 2-3 minggu.
•    Lateral luxation
Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock sehingga reposisi sulit dilakukan.
Langkah-langkah reposisi luksasi palatal:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Palpasi daerah lekukan sulkus dan pastikan letak apeks. Lakukan penekanan dengan perlahan dan tekan daerah insisal agar gigi dapat bergerak ke arah asal melalui fenestrasi di dalam soket.
(3). Reposisi gigi kembali ke posisi asal melalui arah tekan yang berlawanan.
(4). Lakukan reposisi tulang yang fraktur menggunakan tekanan jari.
(5). Lakukan foto rontgen untuk memastikan posisi yang benar.
(6). Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
(7). Pertahankan splint minimal 3-4 minggu.
(8). Pembuatan foto rontgen setelah kira-kira 3 minggu bila tidak menunjukkan keretakan pada tulang marginal maka splint dipertahankan sampai 3-4 minggu berikutnya
•    Intrusive luxation
Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih diperdebatkan, masih perlu dilihat dari akar giginya dilihat dari apeks giginya. Beberapa petunjuk dalam merawat intrusive luxation adalah sebagai berikut:
(1). Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan beresiko oleh karena dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringan pendukung marginal. Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigi masuk ke dalam dasar hidung atau keluar dari jaringan lunak vestibulum.
(2). Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan ortodontik dan reerupsi spontan. Pemilihan teknik perawatan bergantung pada tingkat keparahan intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsi eksternal. Perawatan endodontik dapat mulai dilakukan setelah 2-3 minggu kemudian. Apabila reerupsi spontan dirasakan cukup memakan waktu lama maka dipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
•    Avulsi
Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya
trauma:
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
(3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.

2. Macam perawatan periodontal non bedah
•    Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment),
•    Prosedur restoratif, prostetik dan ortodonti,
•    Pensplinan (splinting),
•    Koreksi kebiasaan bruksim (bruxism), klemping (clamping) dan klensing
(clenching).


     Splinting
1. Definisi
-    Splin merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi yang goyang akibat suatu injuri atau penyakit.
-    Alat stabilisasi dan immobilisasi gigi yang goyah karena suatu lesi atau trauma atau penyakit periodontial.





 Indikasi

- Berkuarangnya tinggi tulang alveolar sehingga mengganggu fungsi pengunyahan
- Membantu penyembuhan pasca perawatan periodontal pada gigi yang goyang,apabila di biarkan maka ankan menghambat penyembuhan
 - Trauma karna oklusi
- jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar masih sehat
- jumlah gigi yang di splint harus sesuai dengan standartnya ,harus terdapat gigi yang sehat sbg abutment
- adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan kenyamanan pasien
- migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi
-  untuk gigi yang terlalu goyang yang bila didiamkan akan memperlambat proses penyembuhan
- mengurangi ketidaknyamanan pada pasien.

3. Kontraindikasi
1)    Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2)    Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah dilakukan.
3)     Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
4)     Kegoyahan gigi yang tidak mengganggu fungsi pengunyahan

-    Hal2 yang pelu dipertimbangkan:
a.    Besarnya kehilangan jaringan pendukung
b.    Perubahan kualitas jaringan pendukung yang disebabkan oleh trauma oklusi
c.    Trauma jangka panjang karna perawatan periodontitis
d.    Kombinasi ketiganya.

4. Klasifkasi
•    Temporer: splint yang hanya dipasang pada waktu tertentu, bila gigi tidak goyah lagi splint dilepas. Macamnya=> silk ligature,wire ligature,wire dan acrylic ligature, composite resin, dental night guard
Temporary splint digunakan untuk :
-    Mengurangi kegoyahan gigi dan memperceoat proses penyembuhan gigi goyah.
-    Perawatan kerusakan tulang alveolar atau soket akibat kuretase  pengisian  tulang dan jaringan ikat sempurna.
-    Penyembuhan acute periodontitis gigi extruden
-    Pengobatan gigi goyah yang kronis
-    Sebagai gigi pegangan splint permanen
•    Permanen: splint yang digunakan terus menerus dan permanen selamanya dengan tujuan mengimobilisasi gigi. Macamnya => acrylic continous spring.
Permanen splint hanya digunakan bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilisasi tekanan oklusal dan menggantikan gigi yang hilang. Penggunaan splint permanen pada umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal.
•    Profesional / diagnostik splint : splint yang digunakan dlm kondisi ragu-ragu merupakan diagnostik apakah dirawat dengan splint atau tindakan perawatan lain. Digunakan untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun dengan tujuan diagnostik.
•    menurut bentuk splint : cekat dan lepasan


5. Karakteristik splinting
1. Mudah dibuat di dalam mulut tanpa menambah trauma.
2. Bersifat pasif kecuali bila diperlukan gaya-gaya ortodonti
3. Memungkinkan pergerakan fisiologis (kecuali pada fraktur akar)
4. Tidak mengiritasi jaringan lunak
5. Tidak mengganggu oklusi
6. Memungkinkan akses endodonti
7. Mudah dibersihkan dan mudah dibuka
8. Estetika memuaskan
9. Tidak menggangu oklusi
10.Tidak menyebabkan iritasi
11.Mudah dibersihkan

     Oklusal adjusment
1. Definisi
-    tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi periodonsium
-    tindakan untuk menyingkirkan tekanan oklusal yang mencederai dan untuk menciptakan stimulasi fungsional yang dibutuhkan untuk dapat dipertahankannya kesehatan periodonsium.
-    Tindakan untuk menciptakan kontak oklusi harmonis yang disebabkan oleh trauma dan penyakit periodontal.

2. Indikasi
1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan restoratif, ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan

Indikasi prosedur koronoplastik (prosedur pengasahan gigi) adalah:
1. Untuk menyelaraskan oklusi pada pasien dengan ciri-ciri klinis trauma karena
oklusi.
2. Untuk memperbaiki hubungan kontak gigi yang bersifat traumatik terhadap
mahkota gigi.
3. Sebagai bagian perawatan disfungsi mandibula.

3. Kontraindikasi
1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon jika hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.

4. Klasifkasi
- Teknik  fungsional : Teknik ini didasarkan pada kebiasaan oklusi yang menyimpang dari oklusi sentrik, termasuk premature kontak gigi. Cara memperbaiki premature kontak gigi :
    Groving : Tindakan untuk memperbaiki lekuk-lekuk, fisur-fisur, dan grove yang telah hilang karena pemakaian.
    Spheroiding : Pengurangan premature kontak dan kemudian mengembalikan bentuk atau kontur gigi sesuai dengan bentuk aslinya (membulatkan).
    Pointing : Membentuk tonjol-tonjol gigi.
- Coronoplasti :
Coronoplasti dibagi menjadi 2,yaitu :
a.    Komperhensif : dilakukan apabila cedera akibat trauma yang melibatkan banyak gigi sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
b.     Setempat : dilakukan apabila cedera akibat trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja.
Prosedur coronoplasti :
    Menjelaskan coronoplasti pada pasien
    Menyingkirkan premature retrusif
    Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan banyak titik kontak
    Penyingkiran kotak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal
    Penyingkiran hambatan protusif pada gigi posterior
    Penyingkiran / pengurangan hambatan mediotrusif/balancing
    Pengurangan hambatan laterotrusif atau working
    Penyingkiran disharmonis oklusal yang menyolok
    Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi
    Pemolesan permukaan gigi
Pada coronoplasti komprehensif kesepuluh prosedur tersebut dilakukan, tetapi pada coronoplasti setempat dilakukan tahap 1, 3, 4, dan 10

- Mengubah bentuk gigi dengan jalan pembuatan restorasi.
- Pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusal.
- Mengubah posisi gigi dengan jalan menggerakkan gigi secara ortodonsi.
- Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah ortognasi.

     Skenario
1. Gambaran radiologi periodontal space
-    Adanya area radiolusen antara sementum dan alveolar yang lebih besar daripada bentuk normal. Pada kondisi normal antara gigi dan tulang alveolar ada serat2 ligamen periodontal pada radiografi tampak sedikit radiopak ,jadi bila ada periodontal space terlihat radiolusennya lebih jelas.
2. Perawatn untuk gigi yang luksasi derajat 3
- Reposisi gigi
- Splinting
3. Perawatan untuk gigi 32 ,31 yang ekstrusi
reposisi dan pemasangan spint ,orthodonsi
4. Mengapa pada pemeriksaaan radiografik tidak terdapat fraktur rahang namun gigi goyah(mekanisme gigi goyah karena periodontal space)
trauma mendadak  bentuk benturan yang mengenai gigi sejajar dengan sumbu panjang gigi daripada sumbu tegak sudut gigi  trauma jaringan penyangga gigi  menggangu saraf dan darah ke pulpa  makin besar drajat luksasi.
5. Perawatan untuk ekstraoral
- Suturing
6. Kenapa ada rasa sakit dan mengganjal bila rahang di tutup
Karena ada gigi yang ekstrusi
7.    Mekanisme remodelling
reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum, fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.

klik disini

Plat Ekspansi,Plat Aktif dan Alat Lepasan

Plat ekspansi dipakai untuk melebarkan lengkung gigi  sehingga mendapatkan ruang yang cukup untuk pengaturan letak gigi yang tidak teratur akaibat kekurangan tempat. Alat Ini terbuat dari akrilik yang dilengkapi dengan klamer  busurlabial dan skrup ekspansi.
plat aktif merupakan salh satu bagian dari alat lepasan yang terdiri dari plat dasar (akrilik), spring-spring pembantu (auxillary spring), karet elastik, dan ekspansi.
Referensi:
1. download
2. download
3. download
4. download
5. download
6. download

Sabtu, 30 April 2011

Nekrosis Pulpa

Skenario
    Wandi ( 25 tahun ) seorang Public relation sebuah hotel datang ke klinik Drg.bambang dengan keluhan gigi depannya berubah warna. Keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan yang lalu mulai dari abu-abu yang semakin lama semakin menghitam. Riwayat trauma dibenarkan oleh pasien yaitu sekitar 6 bulan saat ia terpeleset dari kamar mandi yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri di gigi depan. Untuk meredakan rasa sakit yang dialaminya ia meminum obat dengan kandungan asam mefenamat dan berangsur membaik keadaanya.
    Berdasarkan pemeriksaan obyektif  di dapatkan bahwa pada mahkota gigi 11 dan 12 terjadi diskolorisasi. Perkusi : -, tekanan : -, CE : -, selanjutnya Drg.Bambang menjelaskan kondisi tersebut serta ketersedianan waktu perawatan yang membutuhkan kunjungan 2 kali.

untuk solusi kasus ini,silahkan download here

Kamis, 28 April 2011

Pulpa dan Pulpotomi


·         Pulpa
1.      Factor yang mengiritasi pulpa:
Sumbernya grossman
a.       Fisis
Yang termasuk dalam sebab fisis ada 3 yaitu:
Ø  Injuri Mekanis:injuri ini biasanya disebabkan oleh trauma dan pemakaian patologik gigi.
-          Trauma dapat disertai atau tidak disertai oleh fraktur mahkota atau akar.trauma lebih sering terjadi pada anak-anak.trauma biasanya terjadi karena pukulan keras pada gigi waktu berkelahi,olahraga,kecelakaan dan kebiasaan buruk seperti bruksism.
-          Selain itu kadang beberapa prosedur dlm KG dpt melukai pulpa seperti:preparasi kavitas ,ekscavasi,dll.
-          Pemakaian patologik maksudnya adalah penggunaan gigi secara berlebihan atau salah(contohnya: abrasi,atrisi dan tekanan oklusal yang berlebihan.)
-          Sindroma gigi retak yaitu adanya fraktur atau retak pada email yang lama kelamaan dapat merambat ke dentin yang kemudian ke pulpa.untuk malihat retak pada email dapat manggunakan zat pewarna atau transluminasi.
-          Radiasi laser dapat menyebabkan perubahan degenerative pada pulpa.
-          Reaksi pulpa terhadap tumpatan seperti tumpatan amalgam perak,amalgam tembaga,silikat dan komposit.dimana makin dalam kavitas,makin besar kerusakan yang disebabkan tetapi pada kebanyakan kasus pulpa akan sembuh kembali karena dentin dapat membentuk dentin reparative.
Ø  Termal
Contohnya panas karena preparasi kavitas yang tidak diberi pendingin,panas gesekan selama pemolesan,proses pengerasan semen(injuri sementara pada pulpa),perubahan temeperatur dari makanan seperti habis makan atau minum panas langsung minum atau makan-makanan yang dingin.
-          Listrik :arus galvanic dari tumpatan yang tidak sama.
-          Barodontalgia:nyeri gigi yang terjadi pada tekanan atmosferik yang rendah (tekanan yang rendah).contohnya pegunungan dan penerbangan.(anggi dan sela)
b.      Kimiawi
contohnya adalah bahan restorasi semen silikat,pembersih kavitas asam sitrat,etsa asam pada aplikasi resin komposit,bahan sterilisasi seperti alcohol,kloroform.
c.       Bakterial
Bakteri dapat masuk kedalam pulpa dengan melewati karies dan bisa juga melalui kecelakaan.bakteri yang sering ditemukan dalam pulpa adalah streptococcus dan staphylococcus.
Bakteri dapat masuk kedalam pulpa melalui 3 cara yaitu:
-          invasi langsung ke dentin contohnya melalui karies,fraktur,terbukanya pulpa melalui preparasi(kontaminasi smear layer),atrisi dan abrasi.
-          invasi melalui pembuluh darah atau limfatik yang terbuka.ini berhubungan dengan infeksi pada jaringan periodontal,infeksi gusi.
-          invasi melalui darah.(grossmann et all)
Sumber rasinta tarigan.
Menurut buku perawatan pulpa gigi penyebab dari penyakit pulpa ada 2 yaitu:
a.       Penyebab yang tidak berhubungan dengan prosedur dentistry.
·         Bakteri.
Penyebab utama karies adalah mikroorganisme dan  produknya,menurut branstrom dan lind(1965) reaksi pulpa dapat terjadi pada lesi dini dentin.dengan berlanjutnya proses karies walaupun pulpa belum terkena sel-sel peradangan akan mengadakan penetrasi ke pulpa melaui tubulus dentin yang terbuka sehingga jika karies sudah meluas mengenai pulpa itu berarti telah terjadi peradangan kronis.
Selain itu peradangan pulpa juga dapat terjadi pada penyakit periodontal baik yang disertai pocket yang dalam maupun pocket yang kurang dalam tetapi disertai saluran akar lateral.
·         Mekanis.
Cedera pulpa dapat terjadi karena atrisi,abrasi,trauma.trauma dapat terjadi karena pukulan paada wajah(adanya fraktur) jika pulpa terbuka maka kuman dapat masuk dan menyebabkan peradangan pulpa.
·         Kimiawi.
Kerusakan pulpa dapat terjadi oleh karena bahan2 yang bersifat asam.
b.      Penyebab yang berhubungan dengan prosedur dentistry.
·         Pada Mekanis.
Pengambilan jaringan dentin selama preparasi kavitas dapat menyebabkan cedera pulpa terutama terutama pada pemakaian bur dengan kecepatan tinggi.
Salah satu factor yang memegang peranan penting dalam cedera pulpa adalah ketebalan dentin,yaitu makin dalam kavitas iritasi akan semakin besar.dengan pendinginan atau semprotan air kerusakan pulpa dapat dihindari.
Pada saat pembuangan jaringan karies apabila pemakaian instrument kurang hati2 kadang2 dapat juga menyebabkan terbukanya pulpa yang diikuti dengan kontaminasi kuman.salah satu lain adalah restorasi yang dapat menyebabkan oklusi traumatic.pesawat ortodonti juga dapat merusak jaringan pulpa.(preparasi kavitas menyebabkan terbukanya tubulus dentin dan odontoblas menjadi terparalisis kareana keluarnya cairan melalui tubulus dentin.




·         Termal.
Cedera pulpa karena termal ini biasany terjadi karena pemakian bur tanpa semprotan pendingin,transmisi panas yang disebabkan waktu memoles restorasi logam,semen(eksotermis).
·         Kimiawi.
Reaksi pulpa biasanya terjafdi pada restorasi yang berkontak langsung dengan dasar kavitas.bila kavitasnya dangkal biasanya akan terbentuk dentin reparative,tetapi bila kavitasnya dalam biasnya menyebabkaan peradangan pulpa.
Contohnya:
Ø  Semen silikat karena keasamannya.
Semen silikat fungsinya restorasi gigi anterior dan bahan perekat untuk perawatan orto dan sebagai restorasi jangka menengah.
Sifat biologinya:phnya adalah kurang dari 3bila dimasukkan kedalam kavitas dan akan tetap dibawah 7 sampai beberapa bulan.karena asamnya inilah pemakaian semen ini perlu adanya perlindungan pulpa.
Ø  Semen seng fosfat karena keasamannya.
Keasaman seng fosfat juga cukup tinggi pada saat protesa ditempatkan pada gigi.dua menit waktu pengadukan ph semen naik 5,5 hingga 24 jam.jika adukannya encer maka ph akan lebih rendah.pada penelitian seng fosfat yang dibuat dengan cairan asam fosfor radioaktifmenunjukan beberapa gigi,asam dari semen dapat menembus ketebalan dentin sampai 1,5 mm.jika dentin tidak dilindungi dengan pelindung pulpa maka akan pulpa dapat cidera.
·         Electric.
Adanya tumpatan logam dengan bahan yang berbeda misalnya emas dengan amalgam.bahn tuympatan ini yang berbeda ini dapat berkontak sewaktu mastikasi  yang ini dapat menyebabkan adanya aliran listrik.selain itu tumpatan ini tanpa berkontak juga dapat menyebabkan iritasi yaitu karena adanya aliran saliva yang mengandung elektrolit.

 Endodontic pada anak.
·         Akibat proses karies.
Kerusakan gigi pada anak biasanya disebabkan karena karies (untuk posterior)sedangkan pada gigi anterior lebih disebababkan karena adanya truma.
Bila proses karies meluas dari email ke dentin akan dibentuk dentin sklerotik oleh aposisi mineral intra dan interdentin.sedangkan dentin reparative atau dentin tersier yang disekresikan oleh sel pulpa tipe mesenkim yang berdiferensiasi menjadi odontoblas baru.jika proses karies berlangsung lebih cepat daripada pembentukan dentin reparative,pembuluh darah pulpa akan melebar dan terlihat sel inflamasi yang menyebar terutama didaerah yang bersebelahan dengan tubuli dentin yang terlibat.selama pulpa belum terkena,karies dan restorasi kavitas dapat mengembalikan kesehatn pulpa.(whitwotrh dan Nunn 1997)jika karies tetap tidak terawatt akhirnya pulpa akan terbuka.
·         Akibat prosedur operatif.
Reaksi pulpa terhadap prosedur operatif dapat bersifat ringan dan berat,bergantung pada tehnik yang digunakan.jika tehniknya lembut
Reaksinya akan ringan,dan hanya terjadi perubahan kecil pada lapisan odontoblas yang dapat diobservasi sebagai akumulasi cairan.pada prosedur operatif yang berat inti odontoblas dapat tersedot kedalam tubuli dentin yang dapat menimbulkan perdarahan dan inflamasi yang meluas dan kadang menimbulkan nekrosis pada pulpa(Fulks 1994)
Pada tehnik yang lembut digunakan pendinginan yang memadai dan tekanan minimal.preparasi kavitas tanpa menggunakan pendingin dengan air akan mengakibatkan perubahan pulpa yg ireverisbel karena panas dari ujung bur.
Untuk mencegah timbulnya panas dan kerusakan pulpa maka perlu dilakukan hal2 sebagai berikut:
Ø  Preparasi kavitas harus sedangkal mungkin dengan tetap mempertahankan prinsip preparasi kavitas.
Ø  Penggunaan bur yang kecil dan tajam.
Ø  Pendinginan yang memadai dengan tekanan yang minimal.
Ø  Pengeringan dentin yang berlebihan dengan semprot udara sedapat mungkin dapat dihindari.

2.      Pemeriksaan pulpa(vital dan tidak vital):
§  Inspeksi : Dengan memeriksa dan memelihat keadaan rongga mulut yang mengalami pembengkakan, pewarnaan, tambalan yang pecah dll.
§  Perkusi:gigi diberi pukulan cepat dan keras,mula-mula dengan jari tangan yang kemudian dengan tangkai instrument.
Perkusi urutan giginya harus diubah-ubah biar tidak terjadi bias.(perkusi untuk pemeriksaan periodontal).
Kepekaan perkusi menunjukan bahwa peradangan telah meluas melewati gigi ke dalam jaringan penyangga.
§  Palpasi:melakukan tekanan dengan tangan/jari untuk melihat adanya pembengkakan.pembengkakan ini biasa terjadi pada gigi non vital.
§  Tes mobilitas dan depresibilitas.
Tes mobilitas dengan cara menggerakan suatu gigi kearah lateral dari soketnya dengan menggunakan jari atau instrument.mobilitas gigi sulung dapat terjadi seabgai akibat proses fisiologis atau patologis.resorpsi akar secara fisiologis lebih dari ½ panjang akar merupakan kontra indikasi pulpa dan pencabutan.(Kennedy,1976).mobilitas patologis disebabkan oleh resorpsi akar atau tulang(keduanya) dan keadaan ini biasanya non vital.resopsi tulang ditandai adanya radiousensi periapikal atau interradikuler atau furkasio pada radiogram.
depresibilitas dengan cara menggerakan suatu gigi kearah vertical dalam soketnya.derajat 3 biasanya menandakan adanya abses apical.
Palpasi, perkusi, mobilitas dan depresibilitas digunakan untuk menguji keutuhan ikatan ligament dan tulang dan tidak didiagnosis bila penyakitnya terbatas pada ruang pulpa gigi tetapai untuk menguji periodonsium.

§  Radiografi untuk menunjukan adanya pegeroposan tulang dan gigi.
§  Tes  vital
-          listrik:menguji vitalitas pulpa yaitu untuk merangsang respon pulpa.pengujian ini tidak dapat dilakukan pada gigi dengan restorasi yang tertutup penuh karena stimulus listrik tidak dapat melalui bahan restorasi seperti akrilik,keramik.
-          Termal : Tes dengan menggunakan aplikasi dingin dan panas.
Tes dingin biasanya dengan menggunkan chlor etil sedangkan tes panas dengan menggunakan air panas.
Tes ini lebih sering menggunakan CE/aplikasi dingin.
Hasil tes ini dapat dipengaruhi oleh:
Ø  Gigi dengan restorasi dan suatu bahan dasar proteksi pulpa yang luas.
Ø  Gigi yang belum lama mengalami truma.
Ø  Gigi yang belum lama erupsi dengan pembentukan akar yang tidak lengkap.
Ø  Obat-obat sedative yang digunakan pasien.
Ø  Pasien dengan rasa ambang rasa sakit yang luar biasa.

§  Tes anestetik : Dengan menganestesi semua gigi satu persatu hingga rasa sakit giginya hilang.
§  Tes kavitas : tes ini adalah dengan cara mengebur dengan tekanan yng rendah tanpa diberi pendingin serta anestesi.tetapi tes ini tidak diindikasikan pada perawatan endodontic.(groosmann et all)

3.      Bentuk pertahanan:
Ø  Tubulus dentinalis mengandung prosesus odontoblas dan cairan yang berasal dari pembuluh darah pulpa.stimulus dihantarkan dari permukaan gigi ke serabut sarf yang berada didalam pulpa dibawahnya melalui cairan yang berada di dalam tubulus dentin.menurut teori hidrodianmika mengenai sensitivitas dentin,pemajanan permukaan gigi terhadap dingin atau panas menyebabkan kontraksi atau ekspansi cairan didalam tubulus sehingga tercipta daya hidrolik.sehingga menyebabkan aliran keluar yang cepat dari cairan yang berada di dalam tubulus dentin.pergerakan cairan ini adalah mekanisme transduksi yang mempengaruhi ujung sarf sensoris mekanoreseptif mengeluarkan sinyal nyeri
Ø  Dentin tersier (reparative).
Dentin ini merupakan suatu mekanisme pertahanan yang utama.ini adalah cara alamiah untuk menutup luka atau penyakit pada tubulus dentin dipermukaan pulpa(menghilangkan efek dari atrisi,karies,trauma).
Tubulus dentin yang terletak dibawah lesi karies sering tertutup sebagian mineral suatu kejadian yang menyebabkan sklerosis dentin.sklerosis ini menyebabkan permeabilitas menjadi turun.selainitu pengeringan juga dapat menyebabkan mengalirnya cairan keluar dari tubulus secara cepat.pergerakan cairan keluar juga dapat megakibatkan perpindahan odontoblas,odontoblas terlepas dari odontoblas dan terdorong keluar ke dalam tubulus dentin.
·         Pulpotomy
1.      Definisi:
·         pengambilan jaringan pulpa bagian korona dengan cara bedah,biasanya diikuti perlekatan obat2an pada orifis pada gigi yang masih vital.obat2nya adalah:kalsium hidroksida,formokresol.
·         Pulpotomi adalah pengambilan pulpa mahkota secra bedah(ilmu endodontic dalam praktek,Louis Grossman,et all.)
·         Pemotongan jaringan pulpa pada bagian koronal yang mengalami infeksi(perwatan pulpa gigi,rasinta tarigan)
·         Pengambilan seluruh pulpa bagian korona gigi dengan pulpa terbuka karena infeksi.(perawatan endodontic pada anak,arlia budiyanti)
·         Suatu operasi aman dan berguna untuk memelihara vitalitas pulpa radikular.
·         Prosedur pembuangan jaringan pulpa di korona sampai ketinggian pulpa yang masih sehat(kadang sukar ditemukan) serta perdarahannya harus dalam batas normal dan mudah dikendalikan.(prinsip dan prakstik ilmu endodontic ,Walton n’torabinejad).
·         Prosedur dimana seluruh pulpa bagian mahkota dibuang dengan tujuan menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi,pulpa bagian akar kemudian dirawat .pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka lebih besar dari yang diperbolehkan untuk pulpa capping.(perawatan gigi anak,Andlaw n’ Rock)
·         Pembuangan pulpa vital dari kamr pulpa kemudian diikuti oleh penempatan medikamen diatas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan sisa jaringan pulpa vital diakar tertsebut.(konservasi gigi anak)

2.      Macam dan kelebihan dan kekurangannya dan reaksi pulpa setelah perawatan.
Dressing yang dipakai adalah kalsium hidroksida dan formokresol.dibawah lapisan karies yang diinduksi,sel-sel mesenkimal yang tidak berkembang pada daerah kaya sel berkembang biak,berdiferensiasi menjadi odontoblas dan bergerak dibawah ke daerah nekrosis/daerah yang terkena karies.odontoblas yang baru berkembang membentuk suatu lapisan satu sel yang menghasilkan dentin reparative untuk membentuk jembatan yang menutup dan melindungi pulpa.teori lain mengemukakan bahwa odontoblas baru berkembang dari fibroblast dan bukan dari sel mesenkimal yang berkembang.keparahan proses inflamatori menentukan kualitas dan kuantitas dentin reparative.inflamasi parah membentuk dentin reparative tanpa adanya tubuli dentin.sedangkan inflamatori yang ringan dapat membentuk dentin reparative serta beberapa tubuli dentin.formokresol tidak dapat merangsang pulpa untuk membentuk dentin reparative.




·         Menurut cara kerja bahan dressing yang digunakan
Ø  Bahan yang meningkatkan penyembuhan pulpa(kalsium hidroksida)
Selain kalsium hidroksida dapat pula digunakan seng oksida eugenol.
-          Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk jembatan dan memelihara vitalitas pulpa. Sedangkan seng oksida eugenol menyebabkan suatu reaksi inflamatori kronis yang persisten bila diaplikasikan pada pulpa,pembentukan jembatan dentin lebih kecil.
-          Reaksi histologik yang digunakan dalam pulpotomi adalah pulpdent,dycal,dan hydrex(bersifat lebih mengiritasi dari 2 bahan lainnya.
-          kalsium hidroksida,methyl cellulose dengan air(pulpdent)sedangkan dycal adalah benyuk pasta cepat mengeras dari kalsium hidroksida.
Ø  Bahan yang mendisinfeksi dan memfiksasi jaringan pulpa (formokresol).
Efek formokresol terlihat sebagai menyebabkan nekrosis dan fiksasi sel jaringan dan mikroorganisme.nekrosis koagulasi dihasilkan didalam jaringan sekitar aplikasi formokresol.
Indikasi untuk perawatan ini adalah dilakukan pada gigi sulung yang pulpany terlihat dengan manifestasi klinis perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa mahkota atau pembukaan mekanis pada waktu prosedur operatif.pada gigi posterior permanen untuk perawatan pulpagia yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan daruraut.
Kontraindikasi:gigi sulnung yang luar bias sensitive serta pulpagia kronis.
(grossman et all).




·         Berdasarkan cara tindakan
Ø  Vital pulpotomi(formokresol pulpotomi)
Tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian korona yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi kemudian dilakukan pemberian pemberian medikamen diatas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikuler tetap vital.
Formokresol komposisinya:formalin 19 ml (bersifat karsinogenik dan mutagenic sehingga dipertanyakan penggunaanya di KG),cresol 35ml ,gliserin25 ml ,air 21 ml.tetapi formokresol tidak bahaya bila digunakan dalam jumlah yang tepat.
Indikasi:
a.       Terbuka pulpa karena prosedur pulp capping indorek ataupun factor mekanis selama preparasi kavitas yang kurang hati2.
b.      Gigi masih didukung >2/3 panjang akar.
c.       Pendarahan yang terkendali diatas pulpa yang diamputasi.
d.      Penderita kelainan darah.
Kontraindikasi
a.       Pulpa non vital dan adanya supurasi atau tanda2 lain dari nekrose.
b.      Dijumpai keluhan rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.
c.       Terdapat resorpsi eksterna dan interna.
d.      Terdapat kehilangan tulang pada daerah periapeks maupun interadikuler.
e.       Terbentuk fistula
f.       Peka terhadap perkusi.
g.      Kalsifikasi pulpa.




Ø  Devitalisasi pulpitomi.
Menggunakan pasta formaldehid dengan komposisi : paraformaldehid, lignokain, carmine, carbowax, prophilene glikol.ada kunjungan kedua.menonvitalkannnya dengan arsen
Ø  Mortal pulpotomi.
Gigi non vital seharusnya memaki pulpektomi,tetapi apabila diguanakn pada gigi sulung tidak praktis.pada gigi dengan abse akut dapat dirawat dengan metode ini setelah didrainese pus dan pengendalian infeksi.
·         Berdasarkan bagian pulpa yang diambil
Ø  Pulpotomi partial.
Jika pulpa terbuka akibat preaparasi kavitas disini pulpa dalam kamar pulpa tidak diganggu masih dalam keadaan utuh.
Ø  Pulpotomi servikal.
Keseluruhan pulpa pada kavum pulpa sampai orifisium dibuang,kemudian diletakkan medikamen dilantai pulpa sampai menutupi seluruh orifis(foramen apical belum tumbuh sempurna)
3.      Tujuan:
·         Mempertahankan vitalitas pulpa radikuler dan membebaskan rasa sakit pada pasien.
4.      Indikasi dan kontraindikasi
Ø  Indikasi
ü  Pulpa vital,bebas dari pus atau tanda nekrosis.
ü  Pulpa terbuka karena factor mekanis selama preparasi kavitas yang kurang hati2 atau tidak sengaja.
ü  Pulpa terbuka karena trauma dan sudah lebih dari 2 jam tetapi belum melebihi 24 jam,tanpa terlihat adanya infeksi pada bagian periapeks.
ü  Gigi masih dapt diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3 panjang kar.
ü  Pada gigi posterior yang ekstirpasi pulpa sulit dilakukan.
ü  Apeks akar belum tertutup sempurna.
ü  Usia tidak lebih dari 20 tahun(dr.Sobarzo)
Sumber: Perawaatan pulpa gigi,rasinta tarigan.
ü  Tidak ada pulpitis radikular.
ü  Tidak ada rasa sakit spontan maupun menetap.
ü  Tidak adanya resorspsi internal.
ü  Tidak kehilangan tulang interadikuler.
ü  Tidak ada fistula.
ü  Perdarahan setelah amputasi pulpa berwarna pucat dan mudah dikendalikan.
Sumber: perawatan endodontic pada anak
-          Umum.
ü  Pasien kooperatif.
ü  Pasien dengan kelainan perdarahan.(hemophilia)
ü  Pasien dengan pengalaman jelek pada pencabutan(hubny dengan psikologis)
-          Gigi.
ü  Gigi geligi susu dimana semua molar lengkap atau dimana pengaruh pencabutan sebelumnya telah dikontrol baik oleh balancing ekstraksion atau space maintener.
ü  Gigi geligi campuran dimana diketahui bahwa terdapat ruangan yang terbatas untuk erupsi gigi.(mempertahankan gigi lebih disukai disbanding memggunakan space maintener.)
ü  Gigi geligi campuran dimana diketahui terdapat kekurangan ruangan yang cukup banyak bagi erupsinya gigi kaninus dan premolsr tetap .
Ø  Kontraindikasi
ü  Sakit jika diperkusi atau palpasi.
ü  Ada radiolusensi pada daerah periapeks atau radikuler.
ü  Pada pasein yang kesehatannya kurang.
ü  Pada pasien diatas 2o tahun
(perawatan pulpa gigi,rasinta tarigan)
ü  Sakit spontan.
ü  Sakit pada perkusi.
ü  Adanya pembengakakan.
ü  Fistula.
ü  Mobilitas patologis.(Fucks,1994)
ü  Kalsifikasi pulpa
ü  Terdapat pus atau eksudat(kennedy 1976)
ü  Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dari pulpa yang terpotong.(Bastawi.1980 dan Fuks 1994)
 (perawatan endoontik anak).
-          Umum.
ü  Pasien dari keluarga yang mempunyai sikap yang kurang memperhatikan atau kurang baik terhadap kesehatan gigi dan konservasi gigi.
ü  Pasien dengan kerjasama yang kurang baik(non kooperatif)
ü  Pasien dengan penyakit jantung congenital atau demam rematik.
ü  Pasien dengan kesehtan umum yang buruk(misalnya diabetes,ginjal kronik,leukemia) atau pasien yang mempunyai daya tahan yang buruk terhadap infeksi dan kualitas penyembuhan yang buruk.
-          Gigi
ü  Gigi geligi dimana pengaruh pencabutan sebelumnya belum dikontrol.biasanay pencabutan lebih disukai daripada perawatan pulpa bila gigi antagonisnya hilang.
ü  Gigi geligi campuran dimana diketahui terdapat sedikit kekurangan ruangan bagi erupsinya gigi kaninus dan premolar.oleh sebab itulah pencabutan gigi molar susu tidak ada maslah tetapi bila molar kedua susu harus dirawat konservasi karena akan terdapat banyak ruangan.
ü  Gigi dengan abses akut.
ü  Gigi geligi dimana lebih dari 2atau gigi yang mempunyai pulpa yang terbuka.
ü  Gigi geligi dengan kerusakan mahkota yang besar dan menyeluruh sehingga restorasi setelah perawatan selesai tidak mungkin dilakukan.
ü  Gigi dengan karies yang menembus dasar kamar pulpa.
ü  Gigi yang sudah mendekati waktu eksfoliasinya.
ü  Gigi dengan resoprsi akar patologis yang telah lanjut.
Pengunaan kalsium hidroksida.
Ø  indikasi
-          pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks akarnya yangbelum sempurna atau terbuka lebar.
-          Pada gigi permanen anak2 yang akarnya belum terbentu sempurna.
-          Karies
Ø  kontraindikasi:
-          tidak boleh dilakukan pada pasien yang pulpiotis ireversibel.
-          sensitivitas yang luar biasa terhadap panas dan dingin.
-          pulpagia kronis.
-          sensitif terhadap perkusi.
-          perubahan radiografik periradikular yang disebabkan karena perluasan penyakit pulpa kedalam jaringan periapikal.
Inflamasi yang berat, hubungannya dengan dentin reparative. Pembentukan dentin reparative berkurang bila adanya inflamasi.
 Penggunaan  formokresol
Ø  indikasi
-          perawatan untuk gigi sulung yang pulpanya terlibat dnegan manifestasi inflamasi dari prosedur operatif.
Ø  Kontraindikasi
-          gigi sulung yang luar biasa sensitive terhadap panas dan dingin.
-          mempunyai pulpagia kronis.
-          sensitif terhadap perkusi dan palpasi.
-          mempunyai perubahan radiografik yang disebabakan karena perluasan penyakit pulpa
-          mempunyai kamar pulpa atau saluran akar yang menyempit.
5.      Kelebihan dan kekurangan dibandingkan perawatan saluran akar lainnya
Keuntungan:
Ø  Dapat diselesaikan dalam waktu singkat,hanya 1-2 kali kunjungan.
Ø  Pengambilan pulpa hanya dibagian korona,hal ini menguntungkan karena pengambilan jaringan pulpa disaluran sulit dilakukan.
Ø  Iritasi instrument atau obat2 an terhadap jaringan periapeks dapat dihindarkan.
Ø  Jika perawatan ini gagal dapat dilakuakn pulpoektomi.
6.      Bagaimana perawatan pulpotomy tersebut dikatakan berhasil.
Gigi yang telah dirawat dengan berhasil memiliki tanda:
§  Pulpanya vital.
§  Tidak ada tanda atau gejala penyakit pulpa atau periapeks yakni tidak adanya rasa nyeri,tidaka ada pembengakakan,tidak ada saluran sinus,tidak ada radiolusensi,atau defek yang dalam pada penyondean sulkus gingival
§  Terdapat pertumbuhan akar yang berlanjut dan saluran akarnya menjadi menyempit yang menandakan adanya pembentukan dentin.
§  Terdapat suatu jembatan kalsifikasi yang mungkin tidak terlihat secara radiografi dibawah material pengisi. (torabinejad)
§  Tidak ditemukan lagi gejala klinis serta gigi dapat berfungsi kembali secara fisiologis.
§  Pada saat selesai dilakukan perwatan,tidak dijumpai lagi rasa sakit atau pembengkakan pada region yang dirawat,
§  Jaringan pada daerah apeks dan periodontal pada foto rontgent terlihat normal.

7.      Factor Kegagalan dalam perawatan pulpotomy:
§  Adanya kontaminasi bakteri didalam pulpa yang sumbernya dari hilangnya kerapatan korona.
§  Kesalahan dalam penegakan diagnosisdan rencana perawatan.
§  Kebocoran di korona.
§  Tidak adanya pemahaman mengenai anatomi pulpa.
§  Debriment atau desinfektan yang tidak adekuat.
§  Proteksi dari restorasi yang tidak adekuat.
§  Kesalahan dalam pengerjaan.
§  Keslahan dalam obturasi.
§  Fraktur akar vertical.

Ø  Penyebab praperawatan.
§  Adanya kekeliruan dalam mendiagnosis.
§  Adanya kesalahan dalam merencanakan perawatan.
§  Seleksi kasus yang kurang tepat(dokter mencoba merawat diluar kemampuannya)
§  Merawat dengan prognosis yang buruk.
Ø  Penyebab selama dan setelah perawatan.
§  Adanya kontaminasi bakteri didalam pulpa yang sumbernya dari hilangnya kerapatan korona.
§  Debriment atau desinfektan yang tidak adekuat.(pembersihan dan pembentukan/pembuangan pulpa vital yang terkena infeksi sampai bersih benar)
§  Proteksi dari restorasi yang tidak adekuat.
§  Kesalahan dalam pengerjaan.
§  Kesalahan dalam obturasi/tehnik pengisian saluran akar.

·         PSA
1.      Definisi:
Perawatan yang meliputi:
§  Pulpektomi.(tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan korona gigi).
§  Apeksifikasi:suatu perawatan saluran akar untuk membantu pertumbuhan penutupan apeks gigi yang belum sempurna pada pulpa non vital tanpa adanya kelainan periapeks dengan pembentukan osteodentin atau substansi lain.
            Tujuannya:penutupan atau penyempitan pada apeks gigi.
§  Perawatan periapeks.
Tujuan:menghilangkan lesi periapeks trsebut dengan menghilangkan penyebab iritasi yang berasal dari ruang pulpa.
2.      Tujuan : untuk mengangkat seluruh jaringan saraf yang telah busuk karena teriritas dan menutup saluran akar dengan bahan yang khusus.
·         Mengapa gigi merasa sakit setelah dilakukan penumpatan??
Karena mungkin dokternya salah mendiagnosis,sehingga rencana perawatannya pun salah.disini dokter hanya melakukan penambalan saja ,padahal pasien sakit giginya.sedangkan gigi sakit ada hubungannya dengan penyakit pulpa.selain itu mungkin dalam penumpatannya terdapat karies sekunder akibat preparasi yang kurang steril,bersih serta bebas dari karies.
·         Kenapa rasa sakit semakin meningkat terutama pada malam hari??
Karena suhu pada malam harinya.karena gaya grafitasi pada posisi tidur.
·         Kenapa Tampaknya gambaran radiolusen sebesar jarum yang mengenai ruang pulpa dan resoprsi setengah apical pada akar mesial??karena adanya resorsi interna
·         Giginya apa yang sakit?? Posterior pada gigi susu.
·         Perawatan yang tepat  dilakukan ??pulpotomi.


klik disini

Daftar Pustaka

1.      Andlaw,R.J.1992.Perawatan Gigi Anak edisi 2.Jakarta:Widya Medica
2.      Walton,Richard dkk.2008.Prinsip &Praktik Ilmu Endodonsia edisi 3.Jakarta:EGC
3.      Budiyanti,E.Arlia.2006.Perawatan Endodontik Pada Anak.Jakarta:EGC
4.      Kennedy,D.B.1992.Konservasi Gigi Anak edisi 3.Jakarta:EGC
5.      Tarigan,Rasinta.2006.Perawatan Pulpa Gigi edisi 2.Jakarta:EGC
6.      Cameron,Angus.Hand Book Of Pediatric Dentistry third edition.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews