Gigi goyang
1. Etiologi
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen periodontal, kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena abses bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
- Penyakit Sistemik (DM)
- Trauma
Etiologi gigi goyang dibagi menjadi 3, yaitu :
- primer (trauma ,terjadi secara langsung)
- sekunder ( melalui proses, seperti penyakit periodontal)
- sementara (ibu hamil hormon)
2. Macam kegoyahan gigi (kerusakan jaringan periodontal)
a. Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
b. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
c. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.
d. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal
e. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
f. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket.
Pemindahan atau dislokasi gigi dari soketnya, dapat sebagian atau seluruhnya.
Klasifikasi luksasi gigi menurut WHO :
a. Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat, pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
b. Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi, keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
c. Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini, gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah dan mirip ankilosis.
3. Tindakan awal bila di dapat gigi goyang
- Bersihkan luka dengan air bersih
- Hentikan luka dengan menggunakan kassa atau kapas selama 5 menit
- Pergi ke dokter gigi.
- Aplikasi dingin : karena dengan aplikasi dingin bisa mengurangi pembengkakan dan mengurangi rasa sakit yang dialami pasien.
- Klo ekstrusi harus secepat mungkin di kembalikan ke soketnya diberi anastesi dengan jari secara berlahan2 atau dengan penahan lidah.
4. Tanda dan gejala
- Ekrtrusi :
a. Gigi goyang
b. Gingival mengalami perdarahan dan pembengkakan
- Intrusi:
a. Gigi tidak begitu goyah
b. Gingival mengalami pembengkakan
- Luksasi sebagian :
a. Jaringan lunak bengkak dan tertutup darah
b. Gigi goyah terutama bila dipaksa
c. Keluar dari soket, Ligamen periodontal sobek pada beberapa tempat.
Berdasarkan derajat kegoyangan gigi :
- Derajat 1 sedikit lebih besar dari normal
- Derajat 2 1mm
- Derajat 3 lebih dari 1mm
Pada lukasasi derajat 2 dan 3 gigi akan terasa ngilu karena ada kerusakan jaringan periodontal ,alveolus dan suplai vaskular.
5. Pemeriksaan (sekalian yg di atas)
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan terhadap pasien trauma gigi harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadinya trauma. Proses pemeriksaannya hampir sama seperti pemeriksaan pada kasus perawatan endodontik.
Anamnesis diperoleh dari keterangan pasien atau orang lain yang mengetahui secara pasti mengenai kondisi yang dialami oleh pasien, meliputi keluhan utama, riwayat terjadinya trauma, dan medical history.
- Keluhan utama.
Pasien ditanyakan mengenai keparahan dari rasa sakit dan berbagai gejala signifikan lainnya. Perdarahan pada jaringan lunak memang terlihat sebagai suatu kondisi yang parah, namun apabila terjadi fraktur pada tulang maka rasa sakit yang timbul akan lebih besar dan kondisi ini harus menjadi prioritas utama dalam melakukan perawatan. Selain itu, perlu dicatat juga mengenai durasi dari tiap gejala
- Riwayat terjadinya trauma.
Tanyakan pasien hal-hal berikut ini:
1. Kapan dan dimana cedera terjadi.
2. Bagaimana terjadinya cedera.
3. Perawatan apa saja yang sudah dilakukan sebelum datang ke dokter gigi (operator).
4. Apakah sebelumnya sudah pernah mengalami trauma yang serupa.
5. Gejala apa saja yang dirasakan pasien sejak terjadinya trauma (pusing, muntah, sakit kepala, kejang-kejang ataupun konvulsi, pandangan kabur, hilang kesadaran, gangguan pendengaran, pengecapan, penglihatan dan keseimbangan, serta perdarahan dari hidung atau telinga.
Masalah gigi yang dialami sejak trauma (sakit, kegoyangan, sangkutan oklusal, gejala lain pada jaringan sekitar gigi).
- Medical history.
• Riwayat alergi terhadap obat-obatan.
• Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi.
• Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.
• Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan booster apabila imunisasi dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor, diperlukan booster apabila imunisasi dilakukan lebih dari 5 tahun.
Pemeriksaan Obyektif
- Pemeriksaan jaringan lunak.
Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera. Apabila terjadi terjadi laserasi jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan pula pemeriksaan radiografi karena tidak jarang fragmen gigi tertanam ke dalam jaringan lunak.
- Pemeriksaan tulang wajah.
Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi, untuk melihat adanya distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur. Apabila ada indikasi fraktur lakukan pula pemeriksaan radiografi. Catat juga apabila ada dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan perkembangan dari pathosis apikal.
- Pemeriksaan gigi.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut mengalami fraktur, kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, serta trauma pada jaringan pulpa. Periksa pula adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang lawannya.
Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan indirect light atau transluminasi atau dengan penggunaan dye. Apabila struktur gigi telah hilang, periksa luasnya kehilangan apakah sampai pada batas email, dentin, atau sudah mencapai jaringan pulpa.
Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi digerakkan gigi sebelahnya ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada tulang alveolar.
Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi, lateral (labial atau lingual), dan avulsi secara keseluruhan. Tanyakan kepada pasien apakah ada kontak prematur ataupun sangkutan oklusal. Apabila ada perubahan oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur rahang atau akar gigi ataupun ekstrusi gigi.
Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah tes perkusi pada gigi. Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau perubahan posisi pemeriksaan ini cukup penting untuk melihat adanya kerusakan pada neurovascular bundle yang masuk ke dalam gigi melalui apeks. Kerusakan ini akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi pulpa. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif.
- Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus diperiksa pada awal kunjungan dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya, karena adanya kemungkinan kematian pulpa beberapa bulan setelah trauma. Setelah terjadi trauma, sering pulpa memperlihatkan hasil negatif ketika dilakukan tes vitalitas. Namun, setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat kembali memperlihatkan hasil positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi.
- Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi dengan panoramic untuk melihat semua gigi
b. radiografi dengan foto periapikal untuk satu gigi.
Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat, pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi, keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini, gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah dan mirip ankilosis.
6. Mengapa gigi goyang(mekanisme)
• Trauma :
- Langsung : trauma kerusakan ligamen periodontal bisa luksasi bisa gigi lepas dari soketnya
- Tidak langsung : trauma ada celah antara ligamen periodontal bakteri inflamasi luksasi atau gigi lepas dari soketnya.
• Respon Patologis :
- Infeksi bakteri lewat plak inflamasi gigi goyah
- Plak karang gigi mendesak ligamen periodontal kegoyahan gigi
Perawatan
1. Macam perawatan gigi goyah (teknik)
- Fase terapi inisial (non bedah) : menghilangkan faktor etiologi.
- Fase terapi korektif (bedah)
- Fase terapi pemeliharaan : untuk mencegah kekambuhan pada hasil perawatan.
Perawatan gigi goyah berdasarkan kasus :
• Concusion
Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa. Gigi harus di istirahatkan
• Subluksasi
Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2 minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin. Splintnya yg sementara
• Extrusive luxation
Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Reposisi gigi dengan menggunakan jari perlahan-lahan dan tekanan ringan sampai batas insisal sama dengan gigi kontralateral.
(3). Periksa posisi dengan membuat foto rontgen.
(4). Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splint.
(5). Pertahanakan splint selama 2-3 minggu.
• Lateral luxation
Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock sehingga reposisi sulit dilakukan.
Langkah-langkah reposisi luksasi palatal:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Palpasi daerah lekukan sulkus dan pastikan letak apeks. Lakukan penekanan dengan perlahan dan tekan daerah insisal agar gigi dapat bergerak ke arah asal melalui fenestrasi di dalam soket.
(3). Reposisi gigi kembali ke posisi asal melalui arah tekan yang berlawanan.
(4). Lakukan reposisi tulang yang fraktur menggunakan tekanan jari.
(5). Lakukan foto rontgen untuk memastikan posisi yang benar.
(6). Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
(7). Pertahankan splint minimal 3-4 minggu.
(8). Pembuatan foto rontgen setelah kira-kira 3 minggu bila tidak menunjukkan keretakan pada tulang marginal maka splint dipertahankan sampai 3-4 minggu berikutnya
• Intrusive luxation
Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih diperdebatkan, masih perlu dilihat dari akar giginya dilihat dari apeks giginya. Beberapa petunjuk dalam merawat intrusive luxation adalah sebagai berikut:
(1). Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan beresiko oleh karena dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringan pendukung marginal. Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigi masuk ke dalam dasar hidung atau keluar dari jaringan lunak vestibulum.
(2). Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan ortodontik dan reerupsi spontan. Pemilihan teknik perawatan bergantung pada tingkat keparahan intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsi eksternal. Perawatan endodontik dapat mulai dilakukan setelah 2-3 minggu kemudian. Apabila reerupsi spontan dirasakan cukup memakan waktu lama maka dipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
• Avulsi
Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya
trauma:
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
(3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.
2. Macam perawatan periodontal non bedah
• Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment),
• Prosedur restoratif, prostetik dan ortodonti,
• Pensplinan (splinting),
• Koreksi kebiasaan bruksim (bruxism), klemping (clamping) dan klensing
(clenching).
Splinting
1. Definisi
- Splin merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi yang goyang akibat suatu injuri atau penyakit.
- Alat stabilisasi dan immobilisasi gigi yang goyah karena suatu lesi atau trauma atau penyakit periodontial.
Indikasi
- Berkuarangnya tinggi tulang alveolar sehingga mengganggu fungsi pengunyahan
- Membantu penyembuhan pasca perawatan periodontal pada gigi yang goyang,apabila di biarkan maka ankan menghambat penyembuhan
- Trauma karna oklusi
- jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar masih sehat
- jumlah gigi yang di splint harus sesuai dengan standartnya ,harus terdapat gigi yang sehat sbg abutment
- adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan kenyamanan pasien
- migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi
- untuk gigi yang terlalu goyang yang bila didiamkan akan memperlambat proses penyembuhan
- mengurangi ketidaknyamanan pada pasien.
3. Kontraindikasi
1) Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2) Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah dilakukan.
3) Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
4) Kegoyahan gigi yang tidak mengganggu fungsi pengunyahan
- Hal2 yang pelu dipertimbangkan:
a. Besarnya kehilangan jaringan pendukung
b. Perubahan kualitas jaringan pendukung yang disebabkan oleh trauma oklusi
c. Trauma jangka panjang karna perawatan periodontitis
d. Kombinasi ketiganya.
4. Klasifkasi
• Temporer: splint yang hanya dipasang pada waktu tertentu, bila gigi tidak goyah lagi splint dilepas. Macamnya=> silk ligature,wire ligature,wire dan acrylic ligature, composite resin, dental night guard
Temporary splint digunakan untuk :
- Mengurangi kegoyahan gigi dan memperceoat proses penyembuhan gigi goyah.
- Perawatan kerusakan tulang alveolar atau soket akibat kuretase pengisian tulang dan jaringan ikat sempurna.
- Penyembuhan acute periodontitis gigi extruden
- Pengobatan gigi goyah yang kronis
- Sebagai gigi pegangan splint permanen
• Permanen: splint yang digunakan terus menerus dan permanen selamanya dengan tujuan mengimobilisasi gigi. Macamnya => acrylic continous spring.
Permanen splint hanya digunakan bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilisasi tekanan oklusal dan menggantikan gigi yang hilang. Penggunaan splint permanen pada umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal.
• Profesional / diagnostik splint : splint yang digunakan dlm kondisi ragu-ragu merupakan diagnostik apakah dirawat dengan splint atau tindakan perawatan lain. Digunakan untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun dengan tujuan diagnostik.
• menurut bentuk splint : cekat dan lepasan
5. Karakteristik splinting
1. Mudah dibuat di dalam mulut tanpa menambah trauma.
2. Bersifat pasif kecuali bila diperlukan gaya-gaya ortodonti
3. Memungkinkan pergerakan fisiologis (kecuali pada fraktur akar)
4. Tidak mengiritasi jaringan lunak
5. Tidak mengganggu oklusi
6. Memungkinkan akses endodonti
7. Mudah dibersihkan dan mudah dibuka
8. Estetika memuaskan
9. Tidak menggangu oklusi
10.Tidak menyebabkan iritasi
11.Mudah dibersihkan
Oklusal adjusment
1. Definisi
- tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi periodonsium
- tindakan untuk menyingkirkan tekanan oklusal yang mencederai dan untuk menciptakan stimulasi fungsional yang dibutuhkan untuk dapat dipertahankannya kesehatan periodonsium.
- Tindakan untuk menciptakan kontak oklusi harmonis yang disebabkan oleh trauma dan penyakit periodontal.
2. Indikasi
1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan restoratif, ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan
Indikasi prosedur koronoplastik (prosedur pengasahan gigi) adalah:
1. Untuk menyelaraskan oklusi pada pasien dengan ciri-ciri klinis trauma karena
oklusi.
2. Untuk memperbaiki hubungan kontak gigi yang bersifat traumatik terhadap
mahkota gigi.
3. Sebagai bagian perawatan disfungsi mandibula.
3. Kontraindikasi
1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon jika hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.
4. Klasifkasi
- Teknik fungsional : Teknik ini didasarkan pada kebiasaan oklusi yang menyimpang dari oklusi sentrik, termasuk premature kontak gigi. Cara memperbaiki premature kontak gigi :
Groving : Tindakan untuk memperbaiki lekuk-lekuk, fisur-fisur, dan grove yang telah hilang karena pemakaian.
Spheroiding : Pengurangan premature kontak dan kemudian mengembalikan bentuk atau kontur gigi sesuai dengan bentuk aslinya (membulatkan).
Pointing : Membentuk tonjol-tonjol gigi.
- Coronoplasti :
Coronoplasti dibagi menjadi 2,yaitu :
a. Komperhensif : dilakukan apabila cedera akibat trauma yang melibatkan banyak gigi sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
b. Setempat : dilakukan apabila cedera akibat trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja.
Prosedur coronoplasti :
Menjelaskan coronoplasti pada pasien
Menyingkirkan premature retrusif
Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan banyak titik kontak
Penyingkiran kotak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal
Penyingkiran hambatan protusif pada gigi posterior
Penyingkiran / pengurangan hambatan mediotrusif/balancing
Pengurangan hambatan laterotrusif atau working
Penyingkiran disharmonis oklusal yang menyolok
Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi
Pemolesan permukaan gigi
Pada coronoplasti komprehensif kesepuluh prosedur tersebut dilakukan, tetapi pada coronoplasti setempat dilakukan tahap 1, 3, 4, dan 10
- Mengubah bentuk gigi dengan jalan pembuatan restorasi.
- Pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusal.
- Mengubah posisi gigi dengan jalan menggerakkan gigi secara ortodonsi.
- Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah ortognasi.
Skenario
1. Gambaran radiologi periodontal space
- Adanya area radiolusen antara sementum dan alveolar yang lebih besar daripada bentuk normal. Pada kondisi normal antara gigi dan tulang alveolar ada serat2 ligamen periodontal pada radiografi tampak sedikit radiopak ,jadi bila ada periodontal space terlihat radiolusennya lebih jelas.
2. Perawatn untuk gigi yang luksasi derajat 3
- Reposisi gigi
- Splinting
3. Perawatan untuk gigi 32 ,31 yang ekstrusi
reposisi dan pemasangan spint ,orthodonsi
4. Mengapa pada pemeriksaaan radiografik tidak terdapat fraktur rahang namun gigi goyah(mekanisme gigi goyah karena periodontal space)
trauma mendadak bentuk benturan yang mengenai gigi sejajar dengan sumbu panjang gigi daripada sumbu tegak sudut gigi trauma jaringan penyangga gigi menggangu saraf dan darah ke pulpa makin besar drajat luksasi.
5. Perawatan untuk ekstraoral
- Suturing
6. Kenapa ada rasa sakit dan mengganjal bila rahang di tutup
Karena ada gigi yang ekstrusi
7. Mekanisme remodelling
reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum, fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.
klik
disini